Rabu, 31 Maret 2010

Distributed database
Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini mungkin memerlukan pembersihan untuk memenuhi standar kualitas Wikipedia. Harap memperbaiki artikel ini jika Anda bisa. (Juni 2009)

Database terdistribusi adalah database yang berada di bawah kendali sistem manajemen database pusat (DBMS) di mana perangkat penyimpanan tidak semua menempel pada CPU umum. Hal ini dapat disimpan dalam beberapa komputer yang terletak di lokasi fisik yang sama, atau mungkin tersebar melalui jaringan komputer yang saling berhubungan.

Koleksi data (misalnya dalam suatu database) dapat didistribusikan di beberapa lokasi fisik. Database terdistribusi dapat berada di jaringan server di Internet, pada intranet perusahaan atau extranet, atau pada jaringan perusahaan lain. Replikasi dan distribusi database meningkatkan kinerja database di worksites pengguna akhir. [1]

Untuk memastikan bahwa database distributif yang up to date dan saat ini, ada dua proses: replikasi dan duplikasi. Replikasi melibatkan menggunakan software khusus yang terlihat untuk perubahan dalam database distributif. Setelah perubahan yang telah diidentifikasi, proses replikasi membuat semua database terlihat sama. Proses replikasi bisa sangat rumit dan memakan waktu tergantung pada ukuran dan jumlah database distributif. Proses ini juga dapat memerlukan banyak waktu dan sumber daya komputer. Duplikasi di sisi lain tidak seperti yang rumit. Pada dasarnya mengidentifikasikan database sebagai master dan kemudian duplikasi database tersebut. Proses duplikasi biasanya dilakukan pada waktu yang ditetapkan setelah jam. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap lokasi didistribusikan memiliki data yang sama. Selama proses duplikasi, perubahan ke database master hanya diizinkan. Hal ini untuk memastikan bahwa data lokal tidak akan ditimpa. Kedua proses dapat menyimpan data saat ini di semua lokasi distribusi. [2]

Selain replikasi basis data terdistribusi dan fragmentasi, ada banyak teknologi database lain yang didistribusikan desain. Misalnya, otonomi daerah, sinkron dan asinkron teknologi basis data terdistribusi. implementasi ini teknologi 'dapat dan tidak tergantung pada kebutuhan bisnis dan sensitivitas / kerahasiaan data yang akan disimpan dalam database, dan maka harga bisnis bersedia untuk menghabiskan untuk memastikan keamanan data, konsistensi dan integritas.

Rabu, 24 Juni 2009

SQL

SQL (Structured Query Language) (pronounced /ˌɛskjuːˈɛl/)[1] ("S Q L", not "sequel") is a database computer language designed for the retrieval and management of data in relational database management systems (RDBMS), database schema creation and modification, and database object access control management.[2][3]

SQL is a querying language for querying and modifying data and managing databases. SQL was standardized first by the ANSI and later by the ISO. Most database management systems implement a majority of one of these standards and add their proprietary extensions. SQL allows the retrieval, insertion, updating, and deletion of data. A database management system also includes management and administrative functions. Most – if not all – implementations also include a command-line interface (SQL/CLI) that allows for the entry and execution of the language commands, as opposed to only providing an application programming interface (API) intended for access from a graphical user interface (GUI).

The first version of SQL was developed at IBM by Andrew Richardson, Donald C. Messerly and Raymond F. Boyce in the early 1970s. This version, initially called SEQUEL, was designed to manipulate and retrieve data stored in IBM's original relational database product, System R. IBM patented their version of SQL in 1985,[4] while the SQL language was not formally standardized until 1986 by the American National Standards Institute (ANSI) as SQL-86. Subsequent versions of the SQL standard have been released by ANSI and as International Organization for Standardization (ISO) standards.

Originally designed as a declarative query and data manipulation language, variations of SQL have been created by SQL database management system (DBMS) vendors that add procedural constructs, flow-of-control statements, user-defined data types, and various other language extensions. With the release of the SQL:1999 standard, many such extensions were formally adopted as part of the SQL language via the SQL Persistent Stored Modules (SQL/PSM) portion of the standard.

Common criticisms of SQL include a perceived lack of cross-platform portability between vendors, inappropriate handling of missing data (see Null (SQL)), and unnecessarily complex and occasionally ambiguous language grammar and semantics.

Belajar Pemrograman Delphi

PEMROGRAMAN DELPHI
Delphi merupakan salah satu bahasa pemrograman yang mengalami perkembangan sangat pesat di dunia khususnya di Indonesia. Banyak aplikasi dapat dikembangkan dengan Delphi seperti operasi perhitungan matematis, grafis, Pengolah kata, Spreet Sheet, games dan basis data. Dengan dukungan OOP Delphi mempunyai kemampuan yang sangat handal apalagi dengan adanya komunitas Delphi semakin memperjelas eksistensinya. Tulisan ini akan mencoba menjabarkan bagaimana memanfaatkan Delphi sebagai salah satu Program.
Tutorial singkat ini sebenarnya ditujukan bagi siswa SMK dan mahasiswa yang ingin mempelajari bahasa pemrograman Delphi. Pada pembahasan dan contoh-contoh dijelaskan dasar-dasar pemrograman Delphi dengan pendekatan yang rasional. Harapan kami semoga tutorial ini bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa pemrograman khusunya Delphi.
SQL adalah Singkatan dari (Structured Query Language).SQL adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan RDBMS(Relational Database Management System).SQL digunakan untuk membuat objek-objek database dan memanipulasi data pada database.
SQL pertama kali dikembangkan pada tahun 1970`an di laboratorium IBM-San Jose California Pertama kali dikembangkan sebagai bahasa di produk database DB2 yang sampai saat ini merupakan produk database



Rabu, 05 November 2008

BISNIS INTELIJEN

Mengantisipasi Penyalahgunaan Ilmu Intelijen


Alangkah apesnya nasib Ersa Siregar dan kawan-kawan. Maksud hati ingin meliput, malah disandera GAM. Masih disangka intel pula. Paling tidak, para kru RCTI itu, dituduh membantu kegiatan mata-mata militer karena saat liputan, membawa dua orang istri perwira TNI AU. Padahal pihak TNI sendiri sudah menjamin bahwa kedua istri perwira itu, Safrida dan Soraya, bukanlah intel. ”Mereka ibu rumah tangga biasa,” kata Pangkoops Mayjen TNI Bambang Darmono.
Bagi seorang intel betulan, digunakannya identitas lain, dalam melakukan operasi intelijen, merupakan strategi tersendiri. Istilahnya cover atau penyamaran. Segala sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesempurnaan dalam menjalankan cover-nya, sudah disiapkan lebih dahulu. Jangan heran kalau dalam melakukan penyamaran, adakalanya si intel itu bahkan bisa jauh lebih hebat dibandingkan dengan sosok yang dimainkannya.
Itulah sebabnya mengapa Mossad, CIA atau KGB, bisa sampai bertahun-tahun lamanya dalam menyiapkan cover. Jauh sebelum si agen itu beroperasi dan melakukan penetration atau infiltration ke organisasi atau negara sasaran yang dituju. Kalau perlu sampai menikah dengan orang setempat agar cover-nya sempurna dan lepas dari kecurigaan.
Ketahuan? Jangan harap bisa selamat alias bebas begitu saja. Minimal kena hukuman penjara karena melakukan kegiatan mata-mata. Kecuali kalau sasaran yang dituju ternyata lebih cerdik. Bisa-bisa si agen yang tertangkap, malah dijadikan double agent bahkan triple agent. Tentu saja risiko seorang double atau triple agent akan jauh lebih besar dihadapi. Syukur-syukur kalau negara sasaran tidak punya undang-undang yang bisa dikenakan terhadap orang yang melakukan kegiatan mata-mata. Misalnya di Indonesia. Bagi intel asing, kalau ketahuan melakukan kegiatan mata-mata, paling-paling cuma diusir dan dideportasi. Itu pun kalau ada bukti.
Sedangkan bagi warga negara sendiri yang melakukan kegiatan mata-mata yang jelas-jelas merugikan negara, cuma dikenakan pasal-pasal dalam KUHP tentang kejahatan terhadap keamanan negara, yang isi pasal maupun sanksi hukumannya sangat fleksibel.
Nasib paling bagus ya cuma kena blacklist. Itu pun alamat karier selesai. Di dunia intelijen, kalau penyamaran terungkap, daripada kena hukuman, blacklist dan malu seumur hidup, lebih baik memilih mundur, menghilang, ngumpet, atau mati saja sekalian. Makanya, para agen infiltrasi itu banyak yang memilih bunuh diri kalau cover-nya ketahuan musuh.
Pada kasus Ersa, di mana pihak GAM menduga bahwa kedua istri perwira itu melakukan kegiatan mata-mata, berawal dari kecurigaan GAM bahwa TNI melakukan operasi intelijen dengan menggunakan cover sebagai wartawan atau petugas PMI. ”Kami memperkirakan intelijen TNI sudah lumpuh sehingga mereka terpaksa menggunakan identitas kewartawanan dan palang merah untuk bisa masuk ke wilayah kami,” ujar Ishak Daud, yang menjadi Panglima Operasi GAM untuk wilayah Peureulak, Aceh Timur
Bagi GAM, kecurigaan itu muncul sebagai langkah antisipatif GAM terhadap bocornya pertahanan mereka oleh pihak TNI lewat penggunaan cover tersebut. Padahal strategi yang sama juga dilakukan oleh intel GAM sendiri. Misalnya dengan menyamar sebagai penduduk. Menurut informasi yang didapat intel TNI di lapangan, banyak anggota GAM yang menggunakan KTP penduduk dengan berbagai cara termasuk merampas sehingga memiliki identitas lain sesuai dengan identitas pada KTP yang ada.
Memang, dengan alasan operasi atau kegiatan intelijen, tindakan yang sebenarnya dapat dikategorikan sebagai perbuatan kriminal, umumnya dilegitimasi oleh pelaku sebagai perbuatan yang wajar dan dianggap ”sah-sah” saja.

Undang-undang Intelijen
Saat ini, didirikannya International School of Intelligence di Batam dan Institut Intelijen Negara di Sentul sebagai sekolah intelijen pertama di dunia yang akan beroperasi pada akhir tahun ini, tentu akan membawa paradigma baru dalam bidang intelijen. Paling tidak, adanya perubahan paradigma dalam memandang ilmu intelijen sebagai ilmu dan seni. Selama ini intelijen dianggap tabu untuk dipelajari secara terbuka.
Berawal dari diterapkannya ilmu intelijen dalam bisnis (intelligent business/competitive intelligent) pada beberapa negara di dunia. Amerika, Swedia, Perancis, Jerman, Australia, Inggris, Belanda, Swiss, Rusia, RRC dan Jepang sudah memanfaatkan intelijen bisnis atau intelijen kompetitif sejak bertahun-tahun lalu. Penggunaan intelijen dalam industri atau perusahaan membuat industri mereka dapat merajai industri dunia.
Di Indonesia sendiri, beberapa tahun belakangan ini intelijen bisnis mulai dipelajari secara terbuka sebagai salah satu mata pelajaran pada beberapa jurusan manajemen. Hal itu menjadi salah satu dasar mengapa ilmu intelijen kemudian dipandang ”layak” untuk dipelajari secara terbuka.
Sehingga, ketika Presiden Megawati meminta BIN untuk lebih mengantisipasi kejahatan transnasional dan terorisme dunia setahun lalu, permintaan itu disambut oleh BIN dengan ide mendirikan sekolah untuk mempelajari ilmu intelijen secara terbuka.
Sama halnya seperti ilmu kepolisian yang juga mulai dipelajari pada beberapa universitas. Di Universitas Indonesia sendiri, ilmu kepolisian sudah dijadikan sebagai jurusan tersendiri untuk tingkat Strata-2 sejak delapan tahun lalu.
Tentu saja belajar ilmu kepolisian tidak otomatis menjadikan lulusannya sebagai polisi. Sama halnya dengan ilmu intelijen. Belajar ilmu intelijen, mestinya memang tidak otomatis menjadikan lulusannya sebagai agen intel di lembaga intelijen tertentu. Sebagai multi disiplin ilmu, tentunya berbagai ilmu yang ada baik ilmu murni maupun ilmu terapan dapat terkait dengan ilmu intelijen.
Hanya saja, ada satu hal yang perlu dipikirkan. Memberi kesempatan pada masyarakat umum untuk mempelajari ilmu intelijen secara terbuka, harus diimbangi dengan perangkat lain untuk dapat mengantisipasi jika terjadi dampak negatif dari penerapan ilmu intelijen yang tidak pada tempatnya.
Apalagi jika kemudian dipelajari beberapa hal yang sifatnya teknis seperti fotografi rahasia, penyadapan, penyelidikan, pengamanan dan penggalangan atau hal lain yang bersifat teknis dalam melakukan operasi atau kegiatan intelijen.
Ada dogma bahwa menjadi ”orang intel” dan berkecimpung dalam ”komunitas intelijen” (intelligent community), bukan berarti bekerja pada sebuah lembaga intelijen tertentu dan menjadi agent action di lembaga tersebut. Ia bisa saja hanya merupakan orang binaan atau sekedar informan pada jaringan tertentu.
Ini yang ”berbahaya”, karena sifatnya laten dan tidak terkontrol. Apalagi jika kemudian orang tersebut lepas dari user-nya, yaitu orang atau agent handle yang mengendalikan orang binaan atau informan tersebut
Bisa-bisa, sekedar untuk memenuhi need-nya, intelijen malah dijadikan lahan bisnis tersendiri yang cukup empuk. Kalau sudah begitu, yang ada bukan lagi intelijen bisnis tapi bisnis intelijen alias bisnis informasi untuk kepentingan tertentu.
Untuk itu, rasanya perlu dipikirkan, agar dapat dibuat semacam undang-undang tentang intelijen. Tentunya isi undang-undang tersebut untuk mengantisipasi berbagai kegiatan atau operasi intelijen dari pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab, yang akibatnya dapat merugikan bangsa dan negara lewat pemanfaatan ilmu intelijen secara salah.
Adanya undang-undang tersebut juga merupakan alat legitimasi bagi negara, yang tentunya dijalankan oleh polisi, untuk dapat mengambil tindakan hukum terhadap berbagai tindak kejahatan yang terjadi, yang merupakan bagian dari sebuah kegiatan atau operasi intelijen. Bukan tidak mungkin, ke depan, akan berkembang modus-modus kejahatan baru dengan menyimpangkan penggunaan ilmu intelijen tersebut. Jika itu terjadi, mau tidak mau tentu polisilah sebagai pihak yang memiliki wewenang untuk mengambil tindakan hukumnya. Sudah siapkah Polri menghadapi hal itu?

SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI

PENDAHULUAN

Tulisan ini akan menjelaskan konsep dasar dari sistem informasi. Sebelum membahas suatu sistem lebih baik jika mengetahui dulu apa sistem itu, pada bagian berikutnya terlebih dahulu kita akan membahas apa arti dari sistem dan informasi itu sendiri.

A.sistem

1.Definisi Sistem

Untuk mendefinisikan sistem terdapat dua pendekatan, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Pendekatan sistem yang menekankan pada prosedurnya mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu. Prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis menulis) biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.

Berbeda dengan sistem yang menekankan pada prosedurnya, sistem yang menekankan pada komponen atau elemennya mendefinisikan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan elemen- elemen atau komponen- komponen atau subsistem- subsistem merupakan Teknik Informatika – Universitas Widyatama 1

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

definisi yang lebih luas. Pendekatan sistem yang menekankan pada komponen akan lebih di dalam mempelajari suatu sistem untuk tujuan analisis dan perancangan suatu sistem.

Suatu sistem yang dibuat tentunya memiliki maksud tertentu. Sistem dibuat untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan sasaran (objective). Tujuan biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan sasaran biasanya dalam ruang lingkup yang lebih sempit.

2. Syarat-syarat Sistem

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh suatu sistem, yaitu:

Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan suatu tujuan.

Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.

Adanya hubungan diantara elemen sistem.

Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi, dan material) lebih penting daripada elemen sistem.

3. Karateristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik tertentu, yaitu mempunyai komponen-komponen (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process), dan sasaran (objective) atau tujuan (goal). Di bawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut:

Komponen Sistem (components)

Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi , bekerja sama membentuk kesatuan. Komponen-komponen atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat- sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Batas Sistem (boundary)

Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

Lingkungan Luar Sistem (environment)

Teknik Informatika – Universitas Widyatama 2Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan. Lingkungan yang menguntungkan harus tetap dijaga dan dipelihara karena merupakan energi dari sistem. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, karena jika tidak akan mengganggu kelangsungan sistem.

Interface

Interface merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Interface ini memungkinkan satu subsistem untuk mengalirkan sumber daya ke subsistem lainnya.

Input

Input merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Input dapat berupa maintenance input dan signal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk menghasilkan output.

Output

Output merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi output yang berguna dan sisa pembuangan. Output dapat menjadi input untuk subsistem yang lain.

Pengolah Sistem (process)

Suatu sistem mempunyai bagian pengolah yang akan merubah masukan menjadi keluaran.

Sasaran Sistem (objective)

Suatu sistem mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem menentukan input yang dibutuhkan dan output yang akan dihasilkan.

4. Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasifikasikan ke melalui beberapa sudut pandang, diantaranya:

Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (physical sistem).Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik, sedangkan sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat oleh manusia.

Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tentu (probabilistic system).

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat diprediksi dengan pasti, sehingga output dari sistem dapat diramalkan.

Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system).

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, tetapi yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatif tertutup, tetapi tidak benar-benar tertutup).

Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima input dan menghasilkan output untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya.

B. INFORMASI

1. Definisi dari Informasi

Definisi klasik dari sistem informasi, dimana informasi adalah pengetahuan yang diperoleh dari data. Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

2. Siklus Informasi

Data merupakan bentuk yang masih mentah yang belum berceritra banyak, sehingga perlu diolah lebih lanjut menjadi suatu model untuk dihasilkan informasi. Data yang diolah untuk menghasilkan informasi menggunakan suatu model proses tertentu.

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, melakukan keputusan berdasarkan informasi tersebut dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap kembali sebagai input, diproses kembali melalui suatu model dan seterusnya yang merupakan suatu siklus.

3. Karakteristik dari Informasi yang Baik

Informasi dapat dikatakan baik jika memiliki kriteria dan karakteristik sebagai berikut:

Information must be pertinent

Informasi harus berhubungan. Pernyataan informasi harus berhubungan dengan urusan dan masalah yang penting bagi penerima informasi (orang yang membutuhkan informasi tersebut).

Information must be accurate

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak memiliki bias atau menyesatkan. Informasi yang dihasilkan harus mencerminkan maksudnya. Keakuratan informasi seringkali bergantung pada keadaan.

Information must be timely

Informasi harus ada ketika dibutuhkan. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.

Relevan Teknik Informatika – Universitas Widyatama 5

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda.

Nilai Informasi

Nilai dari informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Suatu informasi dapat dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir secara pasti nilai keuntungannya (dalam satuan uang), tetapi kita dapat menaksir nilai efektifitas dari informasi tersebut. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau costbenefit.

C. SISTEM INFORMASI

1. Definisi Sistem Informasi

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan. Inforamsi diperoleh dari sistem informasi (informastion systems) atau disebut juga dengan processing system atau information processing systems atau information-generating systems. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manejerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Dan berikut ini adalah definisi Sistem Informasi yang lainnya (dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi):

Sistem informasi adalah sekumpulan hardware, software, brainware, prosedur dan atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.

Sistem informasi adalah satu kesatuan data olahan yang terintegrasi dan saling melengkapi yang menghasilkan output baik dalam bentuk gambar, suara maupun tulisan.

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara lain, fleksibel, efektif dan efisien.

Teknik Informatika – Universitas Widyatama 6

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

Sistem informasi adalah kumpulan antara sub-sub sistem yang salings berhubungan yang membentuk suatu komponen yang didalamnya mencakup input-proses-output yang berhubungan dengan pengolaan informasi (data yang telah dioleh sehingga lebih berguna bagi user).

Suatu sistem informasi (SI) atau information system (IS) merupakan aransemen dari orang, data, proses-proses, dan antar-muka yang berinteraksi mendukung dan memperbaiki beberapa operasi sehari-hari dalam suatu bisnis termasuk mendukung memecahkan soal dan kebutuhan pembuat-keputusan manejemen dan para pengguna.

2. Sifat dari Sistem Informasi

Sistem informasi harus mempunyai beberapa sifat seperti:

Pemrosesan informasi yang efektif. Hal ini berhubungan dengan pengujian terhadap data yang masuk, pemakaian perangkat keras dan perangkat lunak yang sesuai.

Manajemen informasi yang efektif. Dengan kata lain, operasi manajemen, keamanan dan keutuhan data yang ada harus diperhatikan.

Keluwesan. Sistem informasi hendaknya cukup luwes untuk menangani suatu macam operasi.

Kepuasan pemakai. Hal yang paling penting adalah pemakai mendapatkan manfaat dan puas terhadap sistem informasi.

3. Kemampuan dari Sistem Informasi

Sistem informasi tentunya memiliki kemampuan sebagai berikut:

Memiliki kecepatan akses tinggi, high-volume, komputasi numerik.

Menyediakan kecepatan, komunikasi yang akurat dan kolaborasi dengan dan di antara organisasi.

Menyimpan informasi dalam jumlah besar dan mudah untuk digunakan.

Akses yang cepat dan tidak mahal untuk mendapatkan informasi, dan mendunia.

Fasilitas untuk menginterpretasikan sejumlah data yang besar.

Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari orang-orang yang bekerja dalam kelompok dalam satu tempat atau dalam lokasi yang berbeda, dimana saja.

Mengotomatisasi proses bisnis dan pekerjaan manual.

Teknik Informatika – Universitas Widyatama 7

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

4. Operasi Dasar dari Sistem Informasi

Ada 4 operasi dasar dari sistem informasi, yaitu:

Mengumpulkan.

Mengolah.

Menyimpan

Menyebarkan informasi.

Informasi mungkin dikumpulkan dari lingkungan dalam atau luar dan memungkinkan didistribusikan ke dalam atau ke luar organisasi.

5. Komponen dari Sistem Informasi

Sistem Informasi (menurut John Burch dan Gary Grudnitski) terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block), yaitu blok masukan (input block), blok model (model block), blok keluaran (output block), blok teknologi (technology blok), blok basis data (database block) dan blok kendali (controls block). Keenam blok tersebut harus saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai sasaran dalam satu kesatuan.

Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing blok yang sudah disebutkan tadi:

Blok Masukan

Input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input disini termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.

Blok Model

Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

Blok Keluaran

Teknik Informatika – Universitas Widyatama 8

Konsep Sistem Informasi - Sistem Informasi Perusahaan

Produk yang dihasilkan dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang baik serta bermanfaat dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen semua pemakai sistem.

Blok Teknologi

Teknologi merupakan sebuah tool-box dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima masukan, menjalankan model, menyimpan, dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

Blok Basis Data

Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan untuk mengakses atau memanipulasinya digunakan perangkat lunak yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems). Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Perlu dilakukan pengorganisasian terhadap basis data yang ada agar informasi yang dihasilkannya baik dan efisiensi kapasitas penyimpanannya.

Blok Kendali

Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan yang terjadi di dalam sistem, ketidakefisienan, sabotase, dan lain sebagainya. Sehingga beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun dapat langsung segera diperbaiki jika seandainya hal-hal yang disebutkan diatas terjadi.

CV

NAMA : SRI ROSMIYATI

NIM : 0721360072

JURUSAN : KOMPUTERISASI AKUNTANSI

KONSENTRASI : PERPAJAKAN

ALAMAT : JL.KIHAJARDEWANTORO RT.008 RW.04 KEL. GONDRONG
KEC.CIPONDOH KOTA TANGERANG

TELP : 021-55740847/ 99019870




Rabu, 29 Oktober 2008

PERKEMBANGAN SISTEM INFORMASI

Banyak pakar menyepakati bahwa kehidupan manusia di muka bumi saat ini tengah berada dalam peralihan dari era industri ke era pasca-industri (post-industrial). Jika pada era industri, energi merupakan issue sentral, maka pada era pasca-industri, informasi merupakan issue sentral. Sebagaimana energi dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan sistem transportasi, maka pertukaran informasi dilakukan melalui sistem komunikasi. Jika peristiwa jatuhnya bom atom (yang merupakan rekayasa energi yang canggih pada masanya) di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 merupakan peristiwa bersejarah yang menandai era industri, maka boleh dikatakan bahwa peristiwa WTC 911 tahun 2001 (yang sarat dengan rekayasa teknologi informasi) merupakan “pertanda jaman” dari era pasca-industri yang sering disebut juga sebagai era informasi (lihat Tabel 1).
Era PeradabanIssue Sentral Peristiwa Dahsyat

PERTANIANLAHAN TANAM REVOLUSI SOSIAL dan KEMERDEKAANINDUSTRIENERGIHIROSHIMA NAGASAKI INFORMASI INFORMASI WTC 911Tabel 1Berbagai Pertanda Jaman
Dalam peristiwa WTC 911 dua tahun lalu itu kita menyaksikan bagaimana pesawat-pesawat dari penerbangan sipil komersial telah di-rekayasa dengan teknologi informasi yang sangat canggih menjadi peluru-peluru kendali yang secara akurat telah menghancurkan beberapa sasaran penting di Amerika Serikat, yang belum pernah sebelumnya tersentuh oleh serangan musuh dalam berbagai peperangan yang melibatkan Amerika Serikat.
Claude Shannon adalah seorang peneliti di Laboratorium Bell yang pada tahun 1948 berhasil menurunkan secara matematis Teori Informasi (Information Theory). Risalah berjudul “Mathematical Theory of Communication” setebal 55 (limapuluh lima) halaman yang ditulis oleh Shannon telah membuka jalan ke era informasi. Seorang pakar ilmu komunikasi bernama Everett M. Rogers menyebut Claude Shannon dan juga Norbert Wiener (bapak Cybernetics) dalam bukunya sebagai “the engineers of communication”. Rogers juga yang dalam buku yang sama men-definisikan masyarakat informasi sebagai masyarakat yang sebagian besar warganya bekerja sebagai pekerja informasi, yang memperoleh nafkahnya dari mem-produksi, mengolah, menyebarkan informasi dan mem-produksi teknologi informasi. Dengan mengambil pengalaman Amerika Serikat yang sejarah komposisi tenaga kerjanya dapat dilihat pada Gambar 1, Rogers menggolongkan para peneliti, guru, dosen, manajer, sekretaris, wartawan, reporter, teknisi komputer, semua dalam kategori pekerja informasi yang diramalkan kelak akan memiliki peran dominan dan strategis dalam pembentukan masyarakat informasi.
1800- 18201820- 18401840- 18601860- 18801880- 19001900- 19201920- 19401940- 19601960- 1980Gambar 1Perubahan komposisi angkatan kerja di Amerika Serikat 1800-1980(Sumber: Everett M. Rogers, [1986], “Communication Technology”, hal. 11)

SISTEM INFORMASI
Ketika kami memperhatikan bagaimana pegawai-pegawai administrasi di kantor kami menyusun surat-surat rutin yang secara reguler dikirim, kami baru menyadari bahwa walau pun surat-surat itu diketik dengan peralatan canggih berupa komputer, tapi sesungguhnya sistem informasi yang digunakan masih merupakan sistem informasi berbasis manual. Kami melihat bahwa ketika akan dibuat surat yang sama, maka yang dilakukan adalah meng-copy surat yang lama, kemudian mem-paste-nya pada halaman berikutnya, mengganti nomer, tanggal dan beberapa point informasi yang berubah. Dengan demikian, ketika dalam seminggu misalnya ada 20 surat yang sama harus dikirimkan, yang dibuat oleh pegawai kami adalah satu file surat berisi 20 halaman, masing-masing halaman berisi surat yang sama persis, hanya nomer, tanggal dan beberapa informasi saja yang berbeda.
Melihat kenyataan di atas, kami menyadari bahwa bagi kebanyakan kita, komputer baru berfungsi sebagai mesin ketik yang lebih canggih, yang tidak memerlukan tenaga dalam menekan tuts-tuts keyboard-nya, tidak memerlukan kertas karbon untuk membuat rangkapannya dan tidak memerlukan tip-ex untuk menghapus kesalahan.

SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER
Sebagai suatu mesin pengolah data, komputer merupakan alat bantu yang tepat bila ada pekerjaan yang dilakukan secara berulang, yang tentunya akan membosankan bila dilakukan oleh manusia. Di kantor kami misalnya, menyusun surat pengantar bagi mahasiswa yang akan melaksanakan Kerja Praktek adalah salah satu pekerjaan rutin yang selalu berulang. Dalam surat pengantar itu, yang berubah hanya nomer surat, tanggal, nama dan nomer stambuk mahasiswa yang akan melaksanakan Kerja Praktek serta nama dan alamat perusahaan tujuan Kerja Praktek tersebut. Tentu saja akan menghabiskan waktu dan sangat membosankan bila surat seperti itu setiap kali harus diketik ulang. Demikian juga, pada hakekatnya sama saja dengan mengetik ulang sebenarnya jika surat tersebut setiap kali harus di-copy dan di-paste ke halaman baru. Jika sistem informasinya sudah benar-benar berbasis komputer, maka yang perlu diketik masuk hanya nomer stambuk mahasiswa dan nama perusahaan tujuan Kerja Praktek saja. Nomer surat, tanggal, nama mahasiswa dan surat itu sendiri mestinya secara otomatis tinggal dicetak keluar setelah nomer stambuk mahasiswa dan nama perusahaan tujuan Kerja Praktek diketik masuk dengan menggunakan satu form tertentu. Bukan itu saja, suatu sistem informasi yang benar-benar berbasis komputer mestinya bisa secara otomatis dapat mengeluarkan daftar surat pengantar Kerja Praktek yang sudah dikeluarkan, baik berdasarkan urutan nomer surat dan tanggal, atau berdasarkan nomer stambuk mahasiswa, misalnya.
Tentu saja banyak lagi dalam bidang administrasi yang bisa dibantu oleh komputer selain membuat surat. Semua pekerjaan yang secara rutin dilakukan berulang-ulang, semua pekerjaan yang memerlukan ingatan kuat dan kalkulasi yang akurat, pekerjaan-pekerjaan yang membosankan dan selalu membuka peluang kesalahan manusiawi, semua ini akan lebih mudah dan lebih sederhana jika dikerjakan dengan bantuan komputer. Tapi, harus diingat bahwa tidak semua memang pekerjaan menjadi lebih baik dan lebih mudah jika dilaksanakan dengan bantuan komputer. Pekerjaan yang memerlukan tanggungjawab dan akuntabilitas tidak akan lebih baik jika diserahkan kepada komputer untuk mengerjakannya. Sebab komputer tidak bisa mempertanggung-jawabkan pekerjaan yang dilakukannya, komputer tidak bisa dimutasi, diberi sanksi atau diberhentikan dengan tidak hormat, komputer tidak bisa dihukum karena kesalahannya. Sebagai contoh misalnya ketika terjadi kesalahan atau gangguan pada sistem komputer suatu Bank sehingga terjadi kekacauan dalam pencatatan saldo rekening ATM (Automatic Teller Machine), maka komputer jelas tidak bisa mengganti uang nasabah yang hilang, atau uang Bank yang hilang, bahkan vendor yang men-supply peralatan komputer itu pun tidak bisa dituntut untuk mengganti uang yang hilang akibat kesalahan sistem. Perlu diingat bahwa tidak ada sistem komputer yang bebas kesalahan (error free), yang ada adalah sistem yang punya toleransi terhadap kesalahan (fault tolerant).
Saya teringat dengan instansi-instansi pelayanan publik seperti PT. PLN dan PDAM yang biasa menyalahkan komputer-nya jika terjadi kesalahan dalam pencatatan jumlah tagihan kepada pelanggan. Padahal semua orang tahu, bukanlah komputer yang mendatangi rumah-rumah pelanggan untuk mencatat meteran listrik dan meteran air, melainkan petugas. Kita semua tahu bahwa komputer hanya berfungsi sebagai alat bantu, ketika manusia terlalu lelah atau terlalu bosan untuk mengerjakan suatu pekerjaan, maka bagian yang melelahkan dan membosankan dari pekerjaan itulah yang diserahkan kepada komputer, dengan tanggungjawab sepenuhnya tetap ada pada petugas atau pejabat yang menggunakan komputer tersebut. Kita semua mengenal konsep “garbage in - garbage out”, sampah dimasukkan ke komputer, sampah pula yang akan dihasilkannya!
Alangkah baiknya jika para penentu kebijakan dapat menimbang-nimbang dengan baik sebelum menerapkan otomatisasi atau komputerisasi di tempat pekerjaannya. Seyogyanya terlebih dahulu dipilah-pilah dengan cermat, mana bagian-bagian dari pekerjaan yang akan lebih cepat, lebih rapih, lebih teliti dan lebih akurat jika dikerjakan oleh tangan-tangan manusia yang trampil dan cekatan secara manual saja, dan mana pekerjaan yang akan lebih baik jika dikerjakan dengan bantuan komputer. Saya sendiri pernah mengalami dua jam menunggui seorang sekretaris di sebuah kantor instansi yang terpandang di Makassar ini mencoba membuat print-out alamat di atas amplop sebuah surat yang saya perlukan. Seandainya sang sekretaris menggunakan mesin ketik manual, mungkin dua menit saja sudah selesai, atau jika sang sekretaris mengenali fasilitas “Envelopes and Labels” yang ada dalam paket pengolah kata (Word Processor)-nya, tentu amplop itu selesai dalam bilangan detik saja. Tapi nyatanya saya telah menunggu amplop itu selesai tercetak selama dua jam. Untung ketika itu hujan deras di luar, dan kantor tempat sang sekretaris bekerja cukup nyaman untuk bersabar menunggu.

SISTEM INFORMASI BERBASIS JARINGAN KOMPUTER
Ketika kita melihat printer-printer di kantor mulai “berjalan-jalan” (maksudnya dipindah-pindahkan) dari satu komputer ke komputer lainnya, atau ketika diskette-diskette mulai sering keluar-masuk drive A komputer yang satu dan yang lain untuk memindah-mindahkan file-file, maka inilah sebagian dari tanda-tanda ada gejala kita perlu meningkatkan sistem informasi yang berbasis komputer menjadi sistem informasi berbasis jaringan komputer. Gejala lain adalah ketika mulai ada pegawai yang antri menunggu untuk menggunakan suatu komputer - sementara komputer lainnya menganggur tidak dipakai - dengan alasan file-file yang diperlukan atau perangkat lunak yang akan digunakan hanya ada di satu komputer dan tidak tersedia di komputer lainnya. Satu-satunya jalan keluar adalah membangun jaringan komputer sehingga dapat dilakukan penggunaan sumber-daya secara bersama atau “resource sharing”. Memang prinsip dasar dari pembangunan jaringan komputer adalah “resource sharing” ini, sehingga peralatan accessories seperti printer, modem, scanner dan lain-lain, juga file-file, database serta berbagai fasilitas perangkat lunak dapat dimanfaatkan secara bersama dari beberapa komputer yang berfungsi sebagai terminal atau work-station. Kebutuhan akan jaringan juga akan terasa ketika data yang semestinya semacam mulai terlihat beragam. Bank yang baik harus menggunakan sistem jaringan komputer, sebab tidak bisa saldo rekening nasabah misalnya ditampilkan berbeda di satu kantor cabang dengan kantor cabang yang lain, atau dari satu mesin ATM dengan mesin ATM yang lain. Demikian juga maskapai penerbangan yang baik mestinya menerapkan sistem jaringan dalam komputerasi data penumpang. Tidak boleh terjadi perbedaan daftar penumpang yang ada di kantor cabang dengan daftar penumpang yang ada di counter-nya di Bandara. Daftar mahasiswa peserta kuliah di sebuah perguruan tinggi, apalagi daftar nilai misalnya, tidak boleh lain di Jurusan, lain di Fakultas dan lain lagi di Biro Akademik di Universitas, seperti yang terjadi di tempat kami bekerja, akibat belum diterapkannya sistem jaringan komputer secara penuh.

ORGANISASI JARINGAN
Dikenal luas ada berbagai macam topologi jaringan. Ada yang membangun konfigurasi bus, ring, star, mesh, dan seterusnya, atau kombinasi dari berbagai konfigurasi tersebut seperti terlihat pada Gambar 2. Dalam organisasi model begini, hampir-hampir tidak dikenal adanya hierarkhi, dan sudah pasti tidak ada level-level. Semua konfigurasi jaringan umumnya terdiri dari 2 (dua) unsur, yaitu node (simpul) dan link yang menghubungkan node yang satu dengan yang lain. Tidak ada orientasi dan mobilitas vertikal (karena tidak ada level-level), yang ada biasanya hanya orientasi “to get things done”, atau selesainya pekerjaan yang dibebankan.
Arsitektur jaringan tidak hanya diterapkan pada organisasi manusia, melainkan juga pada berbagai sistem hasil rekayasa manusia, seperti jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan transportasi, jaringan komputer, Internet, dan lain sebagainya. Berbagai sistem organik pada makhluk hidup pun dipersepsi tersusun dalam struktur jaringan, seperti jaringan sel, jaringan saraf, jaringan pembuluh darah, dan masih banyak lagi.
Dalam pengorganisasian kegiatan-kegiatan kelompok manusia, struktur jaringan mulanya dikenal diterapkan pada kegiatan-kegiatan illegal yang berhubungan dengan kejahatan. Keluarga Mafia di Amerika Serikat, misalnya, walau pun diketahui umum mempunyai struktur hierarkhi yang kuat berdasarkan hubungan keluarga, tapi dalam operasi kejahatan (dan kebaikan juga) yang mereka lakukan, sepenuhnya ditunjang oleh sistem jaringan. Gerakan-gerakan politik bawah tanah, kegiatan terrorisme, spionase dan intelijen umumnya beroperasi dengan sistem jaringan. Baru akhir-akhir ini saja sistem jaringan di-adopsi untuk kegiatan-kegiatan legal dengan tujuan-tujuan kebaikan, seperti dalam dunia bisnis dikenal jaringan MLM (Multi-level Marketing, walau pun menggunakan istilah “level” tapi tidak sama pengertiannya dengan level-level struktural pada sistem organisasi konvensional), kegiatan-kegiatan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), bahkan upaya pengentasan kemiskinan seperti proyek “Jaring Pengaman Sosial” (JPS) pada mulanya dikonsepkan untuk menerapkan sistem jaringan tapi kemudian terjebak dalam struktur birokrasi pemerintahan.
Peredaran NARKOBA, misalnya, jelas sekali meng-adopsi konsep jaringan, karena lebih andal dan sulit dibongkar. Mungkin pada suatu saat bisa ditangkap satu-dua node atau diputus satu dua link, tapi keseluruhan jaringan tetap beroperasi, node-node dan link-link baru dengan mudah dibentuk dan dioperasikan. Konsep jaringan juga memudahkan penyusupan ke seluruh lapisan masyarakat karena fleksibilitasnya. Siapa saja bisa jadi node atau link dari jaringan peredaran ini, kadang-kadang tanpa disadari atau pun disengaja. Misalnya kalau sejumlah “barang” (NARKOBA maksudnya) “dititipkan” pada tas penumpang pesawat tanpa sepengetahuan yang bersangkutan, maka penumpang pesawat tersebut telah menjadi link tanpa disadari.

MASALAH TERKINI
Berbicara mengenai perkembangan Teknologi Informasi dalam rangka membangun sistem informasi menuju terbentuknya masyarakat informasi, ada sedikitnya 2 (dua) masalah terkini (current issues) yang sedang ramai diperbincangkan dalam diskusi para pakar. Masalah pertama adalah masalah Hak Cipta dan Kepemilikan Intelektual (Copy Rights and Intellectual Property Rights), sedangkan yang kedua adalah masalah Teknologi Telekomunikasi Tanpa Kawat (Wireless Technology).
Masalah yang pertama terkait erat dengan masalah pembajakan perangkat-lunak (software) komputer yang merupakan dilemma yang dihadapi oleh kebanyakan masyarakat pengguna komputer di negera-negara miskin. Di satu sisi, masyarakat pengguna memang sangat memerlukan perangkat-perangkat lunak tersebut dalam rangka mengatasi masalah “digital divide” (kesenjangan pemanfaatan teknologi digital antara negara-negara maju yang mengusainya dengan negara-negara miskin yang memerlukannya). Di sisi lain harga jualnya di luar jangkauan daya beli mereka. Akhirnya maraklah pembajakan terhadap perangkat-perangkat lunak tertentu yang memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pembajakan ini dalam koridor hukum formal umumnya menemui jalan buntu karena ke-tidak-siap-an baik perangkat-perangkat regulasi yang tersedia mau pun aparat penegak hukumnya sendiri. Kebuntuan ini kemudian mendorong dilakukan-nya upaya-upaya di luar jalur hukum, yang terkait erat dengan penyebaran virus. Baik fihak-fihak yang pro mau pun kontra terhadap penggunaan perangkat-perangkat lunak bajakan, kedua-duanya menyebarkan virus-virus komputer untuk mengganggu para pengguna perangkat-perangkat lunak tersebut. Contoh mutakhir adalah gangguan virus “WormBlaster” terhadap penggunaan perangkat-lunak Windows 2000 dan Windows-XP, yang sempat mengganggu operasi jaringan komputer di seluruh dunia. Jadi ada indikasi kuat bahwa akar permasalahan dari penyebaran virus-virus yang menghantui pengguna komputer di seluruh dunia adalah masalah Hak Cipta dan Kepemilikan Intelektual yang cenderung monopolistik dan eksploitatif dan cenderung mengarah kepada ke-tidak-adil-an yang tidak mendukung terciptanya masyarakat informasi global yang damai dan sejahtera. Oleh karenanya, patut didukung upaya-upaya penggunaan produk-produk perangkat lunak yang bersifat “freeware” dan “shareware”, yaitu dengan berpartisipasi aktif dalam promosi penggunaan perangkat lunak yang bersifat “open-source”, misalnya penggunaan sistem operasi berbasis LINUX.
Masalah yang kedua menyangkut perkembangan teknologi telekomunikasi tanpa kawat (wireless) yang didorong oleh penetrasi yang sangat cepat dari teknologi telpon seluler (cellular telephone technology) dan teknologi jaringan lokal tanpa kawat (wireless LAN). Integrasi total dari kedua teknologi ini akan segera menjadi kenyataan, sehingga kendala infrastruktur yang menghambat perkembangan jaringan komputer selama ini akan segera teratasi. Di sisi lainnya, berbagai masalah yang terkait dengan sistem telekomunikasi, seperti masalah regulasi, standarisasi, pemakaian lebar pita frekuensi (bandwidth) dan pengaturan penggunaan frekuensi radio (radio frequency allocation) akan menjadi masalah pula dalam pengembangan teknologi informasi.